.

Minggu, 25 Mei 2014

RUANG PEREMPUAN


Berbicara tentang perempuan, tidak sedikit diantara para penulis yang mengupas tentang dunia perempuan dari masa ke masa. Dimulai dari kondisi kaum perempuan di negeri-negeri barat yang materialis, negeri Arab yang masih jahiliyah, bangsa India yang belum berperadaban, juga bangsa-bangsa lain yang semisal. Kemudian biasanya  diakhiri dengan bahasan perempuan di jaman islam.
            Yang patut disayangkan adalah bahwa akhir-akhir ini suara-suara barat yang memendam benci kepada islam dan umatnya dengan lantang menyuarakan emansipasi ( yang sebenarnya istilah ini sudah terlalu kuno untuk disebut di masa sekarang). Mereka begitu gencar mempromosikan agar kaum perempuan diberi ruang gerak dan porsi yang sama dengan lelaki. Baik pekerjaan, pendidikan, kebebasan, olahraga, kesenian dan lainya.
 Bisa dibayangkan yang terjadi kemudian, dalam kondisi keimanan yang melemah, jahil akan syariat islam, rusak pola pikir dan bashirahnya, maka dengan mudah kaum perempuan menyambut seruan jahiliyah ini. Tidak peduli akan harga diri dan kehormatan yang harus mereka pertaruhkan dan sebaliknya yang terjadi, slogan persamaan hak itu secara praktik telah berubah menjadi eksploitasi besar-besaran terhadap kaum perempuan.
             Arus hedonisme pun senantiasa menarik perempuan dalam pusaran peradaban yang semakin barbar. Aktualisasi diri dengan mengatasnamakan hak dan kebutuhan pun mulai gencar direklamekan. Berbagai mode dan trend menawarkan kesempatan untuk diapresiasi oleh kaum perempuan. Tak peduli mana perempuan kota maupun desa, yang menjadi incaran adalah supaya perempuan tidak lagi membentengi diri dengas syariat agama dan ajaran luhur para moyangnya.
            Perempuan seakan ditarik dari zona syariat dan adat menuju zona modernisasi dan westernisasi yang semakin memperkeruh pola pikir kaum  perempuan itu sendiri. Jika dahulu di kampung-kampung, kita masih sering menyaksikan banyak dari kalangan kaum perempuan (tak terkecuali ibu-ibu maupun remaja), apabila mereka hendak meninggalkan rumahnya untuk suatu urusan tertentu, mereka senantiasa memperhatikan apa yang akan mereka kenakan. Tentunya ketika mereka keluar rumah tanpa mengenakan hijab, maka gunjingan dan tatapan sinis dari masyarakat sekitar pun siap menyerang dari berbagai sudut.
            Dalam kehidupan masyarakat tradisional, perempuan dituntut untuk menjunjung sikap malu mengingat bahwa malu menjadi hal yang harus dipahami dan dimiliki sebagai ciri natural, yang merupakan bagian dari jiwa seseorang. Yaitu rasa khawatir akan penampilan, akan dikritik atau ditertawakan. Singkatnya rasa takut dan sungkan akan mata, telinga dan pendapat buruk orang lain tentangnya.
Perempuan hanya dianggap mulia ketika ia senantiasa menjaga kehormatan diri dan mengikuti aturan-aturan yang ada dalam masyarakat meskipun itu tidak tertulis. Karena itu pula, Susan Blackburn sempat menulis bahwa fungsi perempuan Indonesia adalah penanda dan penjaga batas dari kebudayaan Indonesia. Dalam masa itu, membiarkan perempuan ke luar rumah untuk urusan publik merupakan aib keluarga yang tak gampang disembuhkan. Lebih-lebih ketika perempuan itu pergi jauh dari rumah dan kampungnya, bertemu kaum pria  di bebagai tempat.
             Islam telah memuliakan seorang perempuan dengan menjadikannya sebagai pendidik generasi, baiknya kondisi masyarakat tergantung pada baiknya kondisi perempuan dan sebaliknya, rusaknya sebuah bangsa dan generasi pun ada di tangan perempuan pula. Namun, meskipun demikian, islam tidak menutup ruang gerak untuk perempuan berpartisipasi dan berkarya. Perempuan bisa masuk di berbagai wilayah publik. Dalam pendidikan, kesehatan, penyantunan sosial, dan tablig atau dakwah.
            Banyak perempuan mulai bertugas dalam berbagai disiplin ilmu. Tindakan ini didasari pertimbangan praktis dan pragmatis tentang besarnya peran perempuan bagi pertumbuhan kehidupan sosial masyarakat yang lebih sehat. Tentunya, dengan tidak mengesampingkan kewajiban untuk senantiasa menjaga sikap, berpenampilan sesuai dengan syariat dan tidak menyimpang dari islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar