Kepemimpinan atau leadership termasuk
kelompok terapan dari ilmu-ilmu sosial. Sebagai salah satu cabang ilmu
pengetahuan, kepemimpinan memiliki peranan yang sangat penting dalam kerangka manajemen.
peranan seorang pemimpin pada dasarnya merupakan penjabaran dari serangkaian
fungsi kepemimpinan. Fungsi kepemimpinan itu sendiri merupakan salah satu di
antara peranan manajer untuk mengajak atau menghimbau seluruh yang dipimpinya
agar dengan penuh kerelaan memberikan pengabdian dalam pencapaian tujuan
organiasi.
Sepanjang
sejarah pun, islam telah banyak mencatat para pemimpin yang sukses dalam
membawahi kepemimpinannya, sebut saja diantaranya empat orang khulafaur
rasyidin (Usman, Abu bakar, Umar dan Ali) kemudian pemimpin yang paling agung
sepanjang sejarah umat manusia, Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak hanya memimpin
dalam artian menyuruh atau memerintah dalam konteks dunia saja. akan tetapi,
mereka sekaligus menjadi suri tauladan
atau Pembina kerohanian dalam ber’amar ma’ruf nahi mungkar untuk
akhirat.
Sebagai
pemimpin umat, Nabi Saw memiliki empat ciri kepemimpinan yaitu: shidiq (jujur),
fathanah (cerdas dan berpengetahuan), amanah (dapat dipercaya), dan tabligh
(berkomunikasi dan komunikatif dengan bawahannnya dan semua orang).
Dan sifat inilah yang seharusnya diadopsi oleh seorang pemimpin.
Islam adalah agama yang
sempurna, di antara kesempurnaan Islam ialah mengatur seluruh aspek kehidupan
manusia, baik yang berhubungan dengan Allah Swt (Hablum minallah) maupun
hubungan dengan manusia (Hablumminannas), termasuk di antaranya masalah
kepemimpinan itu sendiri.
Kepemimpinan
di satu sisi dapat bermakna kekuasaan, tetapi di sisi lain juga bisa bermakna
tanggungjawab. Ketika kepemimpinan dimaknai sebagai kekuasaan, Allah SWT mengingatkan
kita bahwa hakikat kekuasaan itu adalah milik Allah. Allah yang memberi
kekuasaan kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah pula yang mencabut
kekuasaan dari siapa pun yang dikehendaki-Nya.
Substansi kepemimpinan dalam perspektif Islam merupakan sebuah amanat yang harus diberikan kepada orang yang benar-benar "ahli", berkualitas dan memiliki tanggungjawab yang jelas dan benar serta adil, jujur dan bermoral baik. Inilah beberapa kriteria yang Islam tawarkan dalam memilih seorang pemimpin.
Substansi kepemimpinan dalam perspektif Islam merupakan sebuah amanat yang harus diberikan kepada orang yang benar-benar "ahli", berkualitas dan memiliki tanggungjawab yang jelas dan benar serta adil, jujur dan bermoral baik. Inilah beberapa kriteria yang Islam tawarkan dalam memilih seorang pemimpin.
Disamping itu, seorang pemimpin harus memiliki
sekurang-kurangnya tiga sifat dasar/ pokok dalam memimpin. Diantaranya adalah sifat
rendah hati, Karena pada hakikatnya, kedudukan pemimpin itu tidak
berbeda dengan kedudukan bawahanya. Ia bukan orang yang harus terus
diistimewakan. Ia hanya sekedar orang yang harus didahulukan selangkah dari
yang lainnya karena ia mendapatkan kepercayaan dalam memimpin dan mengemban amanat.
Ia seolah pelayan untuk bawahanya yang diatas pundaknya terletak tanggungjawab
besar yang mesti dipertanggungjawabkan. Dan seperti seorang "partner"
dalam batas-batas yang tertentu bukan seperti "tuan dengan hambanya".
Kerendahan hati biasanya mencerminkan persahabatan dan kekeluargaan, sebaliknya
keegoan mencerminkan sifat takabur dan ingin menang sendiri.
Seorang pemimpin haruslah memiliki
sifat terbuka untuk menerima kritik-kritik sehat yang membangun dan
konstruktif. Tidak seyogyanya menganggap kritikan itu sebagai hujatan atau
orang yang mengkritik sebagai lawan yang akan menjatuhkannya lantas dengan
kekuasaannya mendzalimi orang tersebut. Tetapi harus diperlakukan sebagai
"mitra" dengan kebersamaan dalam rangka meluruskan dari kemungkinan
buruk yang selama ini terjadi untuk membangun kepada perbaikan dan kemajuan.
Dan ini merupakan suatu partisipasi sejati sebab sehebat manapun seorang
pemimpin itu pastilah memerlukan partisipasi dari orang banyak dan mitranya.
Disinilah perlunya social-support dan social-control.
Disamping itu, seorang
pemimpin harus berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT. Karena pada dasarnya, dalam
hidup ini segala sesuatunya takkan terlepas dari pantauan Allah SWT, manusia
bisa berusaha semampunya dan sehebat-hebatnya namun yang menentukannya adalah
tetap Allah SWT. Hubungan seorang pemimpin dengan Tuhannya tak kalah
pentingnya; yaitu dengan berbakti dan mengabdi kepada Allah SWT. Semua ini
dalam rangka memohon pertolongan dan ridho Allah SWT semata. Dengan senantiasa
berbakti kepada-Nya terutama dalam menegakkan sholat lima waktu misalnya,
seorang pemimpin akan mendapat hidayah untuk menghindari perbuatan-perbuatan
yang keji dan tercela. Selanjutnya ia akan mampu mengawasi dirinya dari
perbuatan-perbuatan hina tersebut, karena dengan sholat yang baik dan benar
menurut tuntunan ajaran Islam dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan
mungkar (lihat Q.S.Al Ankabuut : 45 ). Sifat yang harus terus ia aktualisasikan
adalah ridho dalam menerima apa yang dicapainya. Syukur bila meraih suatu
keberhasilan dan memacunya kembali untuk lebih maju lagi, sabar serta tawakkal
dalam menghadapi setiap tantangan dan rintangan, serta sabar dan tawakkal juga
saat menghadapi kegagalan.
Dari kriteria pemimpin yang penulis paparkan
di atas, sedikit dapat kita jadikan acuan dalam memilih sosok pemimpin, dan
masih banyak lagi ketentuan-ketentuan pemimpin yang baik dalam perspektif Islam
yang bisa kita gali baik yang tersurat maupun tersirat di dalam Al Qur'an dan
Hadist-hadist Nabi SAW.
Makassar,
30 januari 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar