Rembulan yang seharusnya ada seakan enggan untuk keluar. Langit malam tanpak sayu ditinggalkan saudara seperjuangan. Entah mengapa mala mini terasa begitu sepi. Teman-teman di secret sebagian besar sudah terlelap dam mimpi-mimpinya. Sementara aku masih sibuk dengan perasaanku sendiri. Rasa dalam dada begitu menyesakkan, semuanya berebutan dan minta untuk di rasa dan diperhatikan.
Malam ini tepat dua pekan dari malam terakhir yang kita lewati bersama. Malam penentu yang telah menguji keikhlasan,ketaatan dan menyadarkan kita akan sebuah sunnatullah. Dimana ada pertemuan disana pula ada perpisahan. Sedih memang,tapi itu adalah sebuah keharusan yang mesti terjadi dalam system pengkaderan kelembagaan pada organisasi manapun. Terlebih lembaga kita sebagai sebuah lembaga dakwah kampus. Silih bergantinya orang, perpindahan estafet kepengurusan akan selalu terjadi setiap tahun. Suka atau tidak, satu yang mesti kita ingat bahwasanya ini bukan merupakan akhir dari kerja dakwah kita, ini hanya sebuah lintasan dari jalan panjang yang masih harus kita tempuh dalam medan juang ini.
Kebersamaan dalam sebuah bangunan dakwah telah begitu banyak memberiakn warna dalam hidup para penghuninya. Kerja jama’i telah begitu banyak mengajarkan tentang arti keikhlasan, ukhwa islamiyah, kasih sayang serta rasa memiliki satu sama lain sebagai saudara seiman yang Masya Allah ikatanya begitu kuat dalam hati kita. Ditempat inilah kita benar-benar menyadari akan arti penting ikatan hati dalam sebuah kerja jama’i.
Jalan ini pulalah yang memahamkan padaku akan arti kerja-kerja dakwah yang menjadi amanah setiap diri kita. Kerja-kerja dakwah yang menguatkan laki-laki kita untuk tetap tegak berdiri dalam barisan terdepan perjuangan menegakan dien ini, jalan dakwah, jalan tak berujung, jaln perjuangan yang tidak kan pernah putus sampai maut menjemput kita, Insya Allah.
Sayup-sayup suara jam dinding di ruang tamu terdengar berdetak mengiringi malam yang beranjak tua. Waktu berlalu begitu cepat meninggalkan beribu kisah, sedu sedan anak manusia. Cerita yang kemudian akan kita ambil hikmahnya ataukah kita biarkan begitu saja seperti tetesan air yang jatuh di dedaunan.
Layaknya seorang penyair yang melahirkan karya dari setiap perasan dan peristiwa yang mereka alami. Sepantasnyalah sebagai seorang yang berilmu, apapu yang terjadi dalam diri kita menjadi pelajaran berharga yang akan mengasah kepekaan hati dan menjadikan kita lebih bijak menilai segala sesuatu. Bukankah Allah sudah berkalam dalam Qur’an surat Ali imran ayat 191 bahwa Allah menciptakan segala sesuatu tidak dengan sia-sia. Pada silih bergantinya waktu, pergantian siang dan malam, peredaran bulan dan bintang, semunya mengandung hikmah dan pelajaran penting bagi kita. Begitu halnya dengan apa yang terjadi di antara kita, yakinlah saudaraku, inilah yang terbaik untuk kita. Bukankah Allah Maha mengetahui, Maha adil dan Maha bijaksana selalu memberikan yang terbaik bagi kita.
Saudaraku, aku tau perpisahan selalu membawa kesedihan bagi siapa yang menjalaninya. Rasa sedih, kecewa, dan kerinduan juga harapan tertambat dalam hati-hati kita. Kerinduan dan harapan untuk menikmati kembali kebersamaan yang telah bersusah payah kita bina. Ikatan hati di antara kitalah yang membuat kita memiliki perasaan yang sama. Cintalah yang mengikat hati-hati kita dan menghadirkan kerinduan satu sama lain. Allahlah yang telah mempertemukan kita dalam kerja jama’i dalam rumah dakwah kita demi menggapai keridaan-Nya. Cinta yang lahir dari kebersamaan dan perasaan senasib sepenanggungan atas nama islam yang semoga dengannya Allah mengumpulkan kita di janah-Nya kelak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar