.

Sabtu, 22 November 2014

Manusia dan Roti

Kehidupan manusia dan kehidupan masyarakat, bukanlah seperti apa yang tampak. kenyataanya, kehidupan
itu mengikuti suatu pola yang jelas bagi sebagian orang dan tersembunyi bagi yang lainya. lagipula, ada lebihdari satu pola yang bergerak setiap waktu. sekali pun begitu, manusia mengambil satu bagian dari satu pola dan mencoba menyatukanya degan bagian lain. Mereka selalu menemukan apa yang mereka harapkan, bukan apa yang sungguh nyata.
Keadaan manusia pada umumnya seperti gandum di ladang, air di sungai dan garam di tambang. ia ciptaan yang beberapa indranya sempurna dan skaligus ciptaan yang memiliki potensi dan kemampuan yang masih bisa dikembangkan lebih lanjut.  Masing-masing ketiga tingkatan tadi mewakili hakikat dari kemampuan manusia. kemampuan itu bisa tetap apa adanya atau keadaan mungkin mengubahnya. ini adalah keadaan dari tingkat pertama, atau keadaan manusia. akan tetapi, pada tingkatan kedua, kita memiliki taraf di mana sesuatu yang lebih lanjut bisa dilakukan. gandum, dengan usaha dan pengetahuan, dikumpulkan dan digiling menjadi tepung. Air ditimba dari sungai dan disimpan untuk penggunaan lebih lanjut. Garam disuling dan disaring, ini adalah tingkatan yang kegiatanya berbeda degan yang pertama tadi, yang hanya sekedar pertumbuhan.
Dalam tingkatan ini, pengetahuan yang tadinya tersimpan kemudian digunakan. Tingkatan ke tiga bisa tercipta hanya setelah ketiga hakikat, dalam jumlah dan ukuran yang tepat telah dipadukan di tempat tertentu dan pada waktu tertentu. Garam, air dan tepung dicampur dan diremas menjadi adonan. sebuah unsur hidup ditambahkan ketika pada adonan itu dimasukan ragi, dan tanur (panggangn roti) di siapkan untuk memanggang roti. pembuatan roti ini bergantung kepada 'sentuhan' seperti juga kepada pengetahuan yang tersimpan. segala sesuatu akan berlaku menurut situasinya; dan situasi itu adalah tingkatan di mana sesuatu itu ada.
bila tujuanya adalah roti, mengapa ribut soal penyaringan garam?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar