.

Sabtu, 08 November 2014

Kebaikan Hati

Saya teringat akan sebuah cerita tentang seorang pemuda yang merantau dan kuliah di Jakarta. Untuk menghemat pengeluarannya pemuda tersebut hamper tiap hari hanya memesan nasi bungkus tanpa lauk disebuah warung tidak jauh dari kontrakannya. Merasa kasihan dengan pemuda tersebut maka sang pemilik warung pun selalu menyelipkan potongan daging di bawah nasi pemuda tersebut. Begitu terus yang dilakukan oleh suami-istri pemilik warung itu sampai pada akhirnya pemuda tersebut pun menamatkan studynya.

Beberapa tahun berlalu, karena kebijakan dari pemerintah setempat maka warung pasangan suami-istri tersebut pun akan digusur . karena tak ingin warungnya digusur, pasangan suami-istri itu pun mulai mencari bantuan kesana kemari sampai akhirnya ia bertemu dengan seorang pemuda yang menjadi direktur disebuah perusahaan ternama, ia pun mulai menceritakan tentang warungnya yang akan di gusur oleh pemerintah. Pemuda tersebut menenangkan pasangan suami-istri tersebut dan berujar “saya akan membantu keluarga ibu, karena saya dulu pernah dibantu  oleh keluarga ibu melalui bungkusan nasi sampai saya selesai kuliah dan menjadi orang yang berhasil seperti sekarang”
Kata sebagian orang, Kebaikan itu lahir dari kebaikan sebelumnya, itu artinya bahwa ketika kita memberikan kontribusi kebaikan terhadap orang lain maka orang lainpunakan memberikan balasan yang sama terhadap kita, mustahil ketika kita menginginkan kebaikan dari orang lain sementara sebelumnya kita tidak pernah memberikan hal maupun kesan yang baik terhadap orang lain.
Kebaikan membuat kita belajar menjadi orang yang derma dalam setiap sisi kehidupan, dan hal yang seperti itu mungkin sangat absurd di zaman sekarang, zaman di mana semua orang melakukan sesuatu dengan sebuah tendensi tanpa penuh keikhlasan hati. Meskipun demikian, namun minimal masih ada yang ingin bertahan, bertahan dalam kebaikan.
Berbicara tentang kebaikan, itu merupakan masalah yang sangat urgen dalam kehidupan sosial kita, dimana lingkungan dan masyarakatlah yang banyak menyita rutinitas harian kita.Kita hidup dengan berkelompok-kelompok dan bersuku-suku yang membuat kita cenderung untuk menolong orang lain dan meminta maupun menerima bantuan dari orang lain misalnya keluarga, teman, tetangga maupun kelompok masyarakat kita keseluruhan, dan inilah yang membuat hidup itu semakin berwarna dan berfariasi. Karena pada dasarnya kita saling membutuhkan antara satu sama lain.

Kebaikan tidak mengenal batas maupun keadaan. Di mana pun kita berada maka disitulah peluang kita untuk menebarkan kebaikan untuk sekitar. “gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama” peibahasa ini mestilah menjadi acuan untuk kita senantiasa meninggalkan jejak-jejak kebaikan pada semua keadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar