Saya
teringat akan sebuah cerita tentang seorang pemuda yang merantau dan kuliah di
Jakarta. Untuk menghemat pengeluarannya pemuda tersebut hamper tiap hari hanya
memesan nasi bungkus tanpa lauk disebuah warung tidak jauh dari kontrakannya. Merasa
kasihan dengan pemuda tersebut maka sang pemilik warung pun selalu menyelipkan
potongan daging di bawah nasi pemuda tersebut. Begitu terus yang dilakukan oleh
suami-istri pemilik warung itu sampai pada akhirnya pemuda tersebut pun
menamatkan studynya.
Beberapa
tahun berlalu, karena kebijakan dari pemerintah setempat maka warung pasangan
suami-istri tersebut pun akan digusur . karena tak ingin warungnya digusur, pasangan
suami-istri itu pun mulai mencari bantuan kesana kemari sampai akhirnya ia
bertemu dengan seorang pemuda yang menjadi direktur disebuah perusahaan
ternama, ia pun mulai menceritakan tentang warungnya yang akan di gusur oleh
pemerintah. Pemuda tersebut menenangkan pasangan suami-istri tersebut dan
berujar “saya akan membantu keluarga ibu, karena saya dulu pernah dibantu oleh keluarga ibu melalui bungkusan nasi
sampai saya selesai kuliah dan menjadi orang yang berhasil seperti sekarang”
Kata
sebagian orang, Kebaikan itu lahir dari kebaikan sebelumnya, itu artinya bahwa
ketika kita memberikan kontribusi kebaikan terhadap orang lain maka orang
lainpunakan memberikan balasan yang sama terhadap kita, mustahil ketika kita
menginginkan kebaikan dari orang lain sementara sebelumnya kita tidak pernah
memberikan hal maupun kesan yang baik terhadap orang lain.
Kebaikan
membuat kita belajar menjadi orang yang derma dalam setiap sisi kehidupan, dan hal
yang seperti itu mungkin sangat absurd di zaman sekarang, zaman di mana semua
orang melakukan sesuatu dengan sebuah tendensi tanpa penuh keikhlasan hati. Meskipun
demikian, namun minimal masih ada yang ingin bertahan, bertahan dalam kebaikan.
Berbicara
tentang kebaikan, itu merupakan masalah yang sangat urgen dalam kehidupan
sosial kita, dimana lingkungan dan masyarakatlah yang banyak menyita rutinitas
harian kita.Kita hidup dengan berkelompok-kelompok dan bersuku-suku yang
membuat kita cenderung untuk menolong orang lain dan meminta maupun menerima
bantuan dari orang lain misalnya keluarga, teman, tetangga maupun kelompok
masyarakat kita keseluruhan, dan inilah yang membuat hidup itu semakin berwarna
dan berfariasi. Karena pada dasarnya kita saling membutuhkan antara satu sama
lain.
Kebaikan tidak mengenal batas maupun keadaan. Di mana pun
kita berada maka disitulah peluang kita untuk menebarkan kebaikan untuk
sekitar. “gajah mati meninggalkan gading,
manusia mati meninggalkan nama” peibahasa ini mestilah menjadi acuan untuk
kita
senantiasa meninggalkan jejak-jejak kebaikan pada semua keadaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar