.

Minggu, 19 Oktober 2014

Kefatalan Sejarah

Kefatalan generasi adalah ketika sejarah ditoreh secara tidak gamblang
dan disadur dengan tidak apa adanya. Lebih ironi lagi ketika sejarah
tersebut diungkap secara tidak transparan dan ditutup-tutupi
keberadaannya.
Dana Mbojo (Bima) memiliki sejarah yang panjang, dikenal sejak
jaman Naka hingga jaman Modern saat ini.Namun banyak catatan naska
h
kuno Dana Mbojo yang terbengkalai dimana-mana.
Ada yang ditemukan di
Belanda, di Makassar, di Reo (NTT) serta ada pula yang ditemukan di
Singapura dan Afrika. Dari naskah kuno serta artifak sejarah yang
ditemukan, dilakukanlah perangkaian catatan sejarah Dana Mbojo dari A
sampai Z. Namun memang perlu permaklumatan apabila ditengah rangkaian
tersebut terjadi miss antara cerita B ke C dan sebagainya. Namun
sangatlah tidak pantas dan merupakan kejahatan turun-temurun apabila
rangkaian sejarah diendap demi pelanggengan kekuasaan semu,
Seperti banyaknya tulisan tentang Asal Usul Masyarakat Bima atau Dou Mbojopada beberapa waktu lalu.

Dari beberapa tulisan tersebut menyatakan bahwa ` Dou Mbojo asli
adalah Dou Doro (orang pegunungan), sedangkan orang pesisir adalah
pendatang.Pada tulisan tersebut juga menyatakan bahwa Dou Mbojo
percaya dengan Ncuhi yang berasal dari makakimbi-makakamba (mistik).
Kemudian percaya dengan adanya `Parafu' yang merupakan simbolitas
ke-Tuhan-an yang bisa datang melalui Batu, Pohon, Gunung, Laut dan
sebagainya.Sehingga muncullah kepercayaan animisme ditengah Dou
Mbojo.
Terima kasih kepada kandaZainuddin, karena melalui tulisan
kanda saya terinspirasi untuk menyusun tulisan sederhana dihadapan
pembaca ini.
Dari tulisan ini saya mengawali dengan ungkapan `protes' atas
beberapa buku sejarah Bima, lebih-lebih terhadap Buku BO' Sangaji Kai
yang ditulis oleh Henri Chambert-Loir dan Siti Maryam R. Salahuddin.
Sebab buku BO' Sangaji Kai tidak mengungkap sejarah Bima dengan jelas
dan atau tidak mengungkap keterkaitan berbagai hubungan Sejarah Dana
Mbojo yang lainnya. Saya telah lima kali menamatkan Buku BO' Sangaji
Kai hanya untuk mencari catatan tentang Kudeta ataupun peristiwa pahit
yang terjadi ditengah kerajaan Bima. Misalnya Kudeta yang dilakukan
oleh
JeneliSape yang hanya diungkapkan melalui pertanyaan oleh
Gubernur Belanda di Makassar pada tahun 1792 kepada Sultan Abdul
Hamid.Dari pertanyaan tersebut tidak ada jawaban maupun cerita lebih
lanjut dalam buku BO' Sangaji Kai maupun Buku-buku sejarah lainnya.
Begitupula dengan cerita La Hila yang selalu diangkat, sedangkan La
Mbila tidak pernah diangkat.Padahal mereka berdua adalah adik kakak
yang merupakan Mahkota kerajaan.Baru-baru ini ditemukan naskah Kuno
yang menyatakan bahwa La Hila melakukan Kudeta atas kekuasaan
Kakaknya, La Mbila.Kemudian La Mbila hilang begitu saja dalam
beberapa catatan sejarah Bima. Dalam Buku BO' Sangaji Kai, La Mbila
disebutkan ada 2 yaitu RumataMakapiri Solo dan Rato Bumi RendaManuru
Suntu, tanpa menjelaskan La Mbila tersebut adalah orang atau Gelar.
Kemudian catatan lain adalah tentang penaklukan tanah timur (Solo,
Sawu, Solor, Sumba, Larantuka, Ende, Manggarai dan Komodo) oleh
Makapiri Solo, anak dari Raja Bicara RumataMawa'aBilmana.
Kemudian sejarah lanjutan atas penaklukan Reo 21 tahun (1762 - 1792) yang merupakan cikal bakal adanya ASI POTA Mbojo dan Tapak tangan
`Kahampa'. Serta masih banyak catatan sejarah Dana Mbojolain yang
masih menjadi misteri.
Berbicara tentang Tapak Tangan `Kahampa'. Saya menemukan dua versi,
yaitu merupakan Tapak pada jaman Batu (Naka) yang dilakukan oleh
kerajaan KalepeParado dalam rangka menandai kekuasaan wilayahnya. Dan
versi yang lain adalah tapak tangan sultan Bima yang menengahi
pertumpahan darah antara Bima, Goa, Manggarai pada tahun 1762-1769.
kemudian yang menjadi pertanyaan adalah tentang keberadaan kerajaan
Kalepe di Parado. Sebab, dalam beberapa literature sejarah di Bima,
tidak ada yang menulis tentang keberadaan kerajaan ini maupun asal
usulnya. Yang ditemukan hanyalah puing-puing bangunan istana yang
luluhlantah.
Dari hasil kajian dan eksplorasi singkat saya dengan teman-teman kemudian mensenergiskan melalui diskusi-diskusi  ringan mengenai kerajaan Kalapedengan sejarawan yang ada di Bima. Bahwa kerajaan Kalepe itu memangada, yang merupakan kerajaan terbesar di pulau Sumbawa hingga
Manggarai.Letak kerajaan Kalepe adalah diwilayah pegunungan Parado
yang dibuktikan dengan adanya artifak dan puing-puingreruntuhan
Istana kerajaan.
Dari beberapa pembuktian yang telah ada dan yang telah ditelusuri, bahwa kerajaan Kalepe ini ada pada jaman Batu atau Jaman Naka yang merupakan jamanmanusia belum mengenal huruf dan tulisan.Kerajaan kalepeinilah yangmerupakan kerajaan Dana Mbojo sesungguhnya, sekaligus turun temurunAsli Dou Mbojo.Dari rangkuman cerita yang ada, Kerajaan Kalepe
ditaklukan oleh Ncuhi Dara beserta sekutunya.Dari penaklukan ini,
rakyat kalepe melarikan diri kearah Timur dan Barat sebab penyerangan
dilakukan melalui arah utara. Yang ke barat hingga ke Tambora kemudian
mendirikan kerajaan Peka (putih) di Tambora, sedangkan kearah Timur
tidak diketahui.Hal ini dapat dibuktikan dengan adanya prasasti
peninggalan-peninggalan yang antara lain, wadupa'a, Karombo
(karumbu), Temba Romba, dll.
            Sebagian masyarakat Kalepe yang tidak mampu lagi melarikan diri
kemudian berhenti di Sambori, karena merasa tidak dikejar lagi maka
mereka mendiami Sambori hingga sekarang yang kemudian disebut Donggo
Ele. Sedangkan para tawanan perang dalam rangka penaklukan kerajaan
Kalepe dibuang ke Donggo yang kemudian berkeluarga dan berketurunan
sehingga menjadi DonggoDi' .Ada kemungkinan bahwa Ncuhi yang
merupakan kepala suku (bukan dewa yang disebutkan) yang memimpin
komunitas masyarakat atau dusun.Yang kemudian melakukan penggalangan
kekuatan dalam melakukan pemberontakan kepada kerajaan.Penaklukan
kerajaan Kalepe oleh Ncuhi Dara yang merupakan kepala dari limaNcuhi
yang disebut NcuhiNa'e (Banggapupa, Dorowoni, Parewa, Bolo, Dara).
Sedangkan munculnya Ncuhi yang lain seperti NcuhiDonggo, NcuhiKolo
serta NcuhiParado hadir kemudian. Setelah kerajaan Kalepe dikalahkan.
Ncuhi-Ncuhi inilah yang memerintah masyarakat Dana Mbojo.
            Kami mencoba mengaitkan Logat yang ada di Bima melalui wilayah
kesukuanNcuhi diatas sebagai kepala suku-suku yang ada di Bima.Ncuhi
Kolo merupakan Ncuhi yang berada di bentangan pegunungan Kolo hingga
Wera (sentuwera), Ncuhi Bolo adalah yang mengepalai masyarakat
wilayah Bolo kearah Barat (sentu sila), NcuhiParewa yang menguasai
wilayah sakuru hingga Monta bagian dalam (sentuMonta-Tangga) , Ncuhi
Dorowani adalah pegunungan Belo hingga pegunungan kearah selatan
sebelum Parado (sentungali-renda, cenggu-tente) , NcuhiParado yang
menguasai wilayah Parado kearah timur, NcuhiBanggapupamengepalai
wilayah Lambu ke utara (sentusape), Ncuhi Dara yang menguasai wilayah
Rasanae, serta NcuhiDonggo yang mengepalai wilayah pegunungan Donggo
(sentudonggo). Sehingga saya menyimpulkan bahwa logat yang ada di
Bima dibagi dalam delapan logat sesuai dengan kehidupan masing-masing
suku yang dikepalai oleh salah seorang Kepala Suku (Ncuhi).
            Kehidupan Ncuhi beserta masyarakat yang dipimpinya terjadi sejak
jaman Naka atau jaman Batu.Dari nama-nama tersebut, tidak ada satupun
Ncuhi yang hidup atau berasal dari pesisir pantai.Semuanya berada
dipegunungan atau di Gunung.Termasuk keberadaan kerajaan Kalepe yang
merupakan kerajaan asli Dana mbojo.Sedangkan masyarakat pesisir yang
mendiami kemudian adalah masyarakat pendatang.Yang sedikit demi
sedikit memenuhi pesisir pantai diwilayah teluk Bima dalam rangka
berdagang.
Jika kita kaitkan dengan Sang Bima yang Nota Bene Menurunkan Raja
Bima pertama yaitu Indra Jamrud. Yang terkenal dengan sumpah
Danatraha-nya
Ederunahusurampadoulabo dana' (lebih mengutamakan kepentingan masyarakat dan negeri dibandingkan dengan urusan pribadinya). Sang Bimayang kitaketahui bersama hadir di Bima dalam 2 Versi yang berbeda yaitu melaluipulau Satonda dan melalui Nanga Belo (dermaga Bima pertama). Sang
Bima, hadir sebagai pendatang yang sedang melakukan perjalanan ke
Timur (tidak ada penjelasan perjalanan yang dilakukan apakah untuk
memperluas wilayah kekuasaan atau secara kebetulan singgah). Kemudian
Sang Bimamengajari para Ncuhi dan masyarakatnya tentang bagaimana
mengenal huruf dan menulisnya.
Mulai dari sinilah Sang Bima diterima olehpara Ncuhi karena kemampuannya membaca huruf dan tulisan,Konon Sang Bima
menikah dengan salah satu Fare Pidu (tujuh peri) di Kolo (tanpa
Catatan yang jelas). Sang Bima merupakan keturunan masyarakat
Majapahit.
 Hal ini dapat dilihat dari asal kapal yang sang Bima
tumpangi, Fam yang digunakan dalam namanya serta keturunannya yang
selalu ke Majapahit dan beberapa diantaranya kemudian menikah dengan
keturunan Majapahit. Kemudian muncul gelar Manggampo Jawa yaitu yang
membawa baca tulis.Kemudian menjadi cikal bakal agama Hindu.Sehingga
terkesan bahwa hadirnya Sang Bima yang katanya merupakan cikal bakal
Dou Mbojo sekarang adalah merupakan keturunan Majapahit (Jawa).
Kahadiran Sang Bima jauh setelah adanya Kerajaan Kalepe yang hidup
pada jaman Naka yaitu kerajaan Dou Mbojo sebenarnya. Namun sangat
disayangkan, bahwa kerajaan ini tidak memiliki catatan sejarah yang
jelas. Ada namun diendapkan atau memang tidak ada sama sekali. Wallahualam
.
Jadi sebenarnya asal muasal Dou Mbojo adalah Dou Doro (dari
pegunungan), bukan pesisir seperti yang di dongengkan selama ini.
Namun nampaknya kesan ini dipudarkan melalui celaan, umpatan atau
makaian dengan bahasa
nggomikedoudoropoda, sampulabunedou
donggo
, pahudoudoronggomike dan seterusnya. Wajar jika dengan
bahasa itu membuat kita marah karena disamakan dengan Dou Mbojopoda,
padahal kita ini sudah merupakan peranakkandoujawa (orang Jawa).
Orang sambori asli dan Donggo Asli, akibat dipandang sebelah mata,
mereka mengasingkan diri dalam kehidupannya. Hal ini sama dengan
masyarakat asli Mengkasara (Makassar) yang mengasingkan diri di Kajang
sebagai suku Kajang di Bulukumba. Masyarakat Bima hari ini kehilangan
identitas diri akibat Pembauran keturunan yang terjadi, lebih-lebih
ketika Makassar masuk Bima melalui kampung melayu yang dinobatkan
sebagai kampung elite Bima atau lebih dikenal sebagai kampung suci
karena para Lebe dan Majelis Sara Dana Mbojo dipenuhi oleh orang
kampung Melayu.
Kampung Melayu di Istimewakan oleh Sultan Bima, yang
kemudian di istimewakan lagi dengan adanya perkawinan silang antara
KesultananBima dan Kesultanan Goa hingga Sultan Bima yang ke- 6
(enam) memerintah. Dan bahwa dari beberapa literature yang ada,
perkawinan silang tersebut berlangsung selama 194 tahun lamanya.
Dari gambaran singkat tersebut diatas.Sebenarnya kita adalah Dou
Bima (orang Bima) bukan Dou Mbojo (orang Mbojo).Yang berhak
menyandang gelar Dou Mbojo adalah masyarakat Donggo dan Sambori saja.
Sebab merekalah aslinya Dou Mbojo selama ini. Sedangkan Dou Bima
adalah blesteran dari berbagai asal keturunan (jawa, Makassar, Bugis,
Gujarat, Cina, dll). Namun karena Dou Mbojolah kita "ada".Dan karena
Dana Mbojolah kita diterima ditengah masyarakat.Dana Mbojo telah
menempa kita juga menjadi Dou Mbojo.Maka sudah sepantasnya kita
berbuat untuk Dana Mbojo.Sudah sewajarnya kita menghormati Dana
Mbojo.Bukan untuk merampoknya, bukan untuk menodainya, bukan untuk
memalukannya dan lebih-lebih untuk merampasnya.
Inilah identitas kita
sebagai Dou Bima yang tinggal di Dana Mbojo.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar