.

Senin, 16 Juni 2014

Bahasa Tulisan Sebagai Alat



Sepertinya, setiap kita pernah mengalami membaca sebuah kalimat atau sebuah paragraf dari sebuah buku tanpa mengerti dengan jelas apa yang sebenarnya yang dimaksud oleh penulis buku itu. Malahan kadang-kadang kalimat atau paragraf itu tetap merupakan “buku yang tertutup” walaupun telah dibaca berulang-ulang.
            Dalam beberapa hal, bila antara penulis dengan pembaca tidak terjalin suatu komunikasi yang baik, dalam artian pembaca tidak mampu menangkap maksud dan pesan dari si penulis, salah satu kemungkinan sebabnya bersumber dari kesalahan pembaca, yakni karena pembaca misalnya mencoba membaca buku yang ditujukan pada orang yang berlainan tingkat pengetahuan atau berlainan lapangan denganya. buku yang dibaca sangat asing dan terlalu sukar.

Dari tulisan-tulisan seperti ini, pembaca terang tidak dapat diharapkan menarik faedah yang semestinya; untuk tulisan yang bersifat lanjutan, ada hal-hal yang tidak dijelaskan lagi oleh penulis karena dianggap sudah diketahui oleh pembaca; atau dengan kata lain : penulis bertolak dari tingkat bahan apersepsi tertentu.
            Tetapi dalam hal yang lain, bila komunikasi antara penulis dan pembaca tak dapat terjelma, ini bisa jadi adalah karena kesalahan penulis. Banyak  penulis yang sebenarnya menulis untuk mereka sendiri. Kata demi kata, kalimat demi kalimat dikemukakan dengan pengertian yang jelas baginya tetapi belum tentu dapat dipahami secara jelas oleh pembaca.
 Penulis kadang lupa bertanya pada diri sendiri: apakah kalimat atau apakah yang saya tuliskan ini akan jelas artinya bagi pembaca? Bilamana penulis gagal untuk senantiasa menempatkan diri pada situasi pembaca, dan bilamana penulis tidak memperhitungkan latar belakang pembacanya, maka besar kemungkinan ia hanya menulis tidak lain daripada rentetan huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mewakili pengertian yang jelas bagi pembacanya.
Tidak jarang terjadi bahwa seorang penulis, terutama penulis baru atau pemula, senang mencari dan mempergunakan bahasa yang ‘agak sukar’ atau yang puitik kedengaranya untuk mengungkapkan buah fikiran mereka. Biasanya kegemaran mempergunakan kata-kata yang seperti ini tidak besar fungsinya, kalaupun ada. Malahan sebaliknya yang terjadi ialah berakibat pada timbulnya kesulitan komunikasi.
Dipandang dari sudut pandang pembaca, hal ini dapat membahayakan oleh karena kemungkinan pembaca tidak mengerti maksud penulis ataupun menjadi bingung. Karena itulah maka pada umumnya kata-kata yang sederhana atau kalimat yang sederhana merupakan alat komunikasi yang sangat baik.
Untuk mendekati tujuan, seorang pembicara di dalam suatu ceramah, ia harus memperoleh gambaran mengenai tingkat kecerdasan pendengarnya; begitu pula seorang penulis, ia harus mengetahui tingkat kecerdasan pembacanya. Hanya dengan demikian ia dapat memilih diksi dan  bentuk ungkapan lainya yang serasi.
            Menulis adalah cara  berkomunikasi dan memperkenalkan diri kepada orang lain secara tidak langsung, maka perkenalkanlah dirimu dengan sebaik mungkin agar engkau menjadi sesuatu yang dapat dikenang sampai kapanpun.

                                                            Mksr, Dua ribu empat belas
                                                                                   







Tidak ada komentar:

Posting Komentar