Sepertinya, setiap kita pernah mengalami membaca
sebuah kalimat atau sebuah paragraf dari sebuah buku tanpa mengerti dengan
jelas apa yang sebenarnya yang dimaksud oleh penulis buku itu. Malahan
kadang-kadang kalimat atau paragraf itu tetap merupakan “buku yang tertutup”
walaupun telah dibaca berulang-ulang.
Dalam beberapa hal, bila antara
penulis dengan pembaca tidak terjalin suatu komunikasi yang baik, dalam artian
pembaca tidak mampu menangkap maksud dan pesan dari si penulis, salah satu
kemungkinan sebabnya bersumber dari kesalahan pembaca, yakni karena pembaca
misalnya mencoba membaca buku yang ditujukan pada orang yang berlainan tingkat
pengetahuan atau berlainan lapangan denganya. buku yang dibaca sangat asing dan
terlalu sukar.
Dari tulisan-tulisan seperti ini, pembaca terang
tidak dapat diharapkan menarik faedah yang semestinya; untuk tulisan yang
bersifat lanjutan, ada hal-hal yang tidak dijelaskan lagi oleh penulis karena
dianggap sudah diketahui oleh pembaca; atau dengan kata lain : penulis bertolak
dari tingkat bahan apersepsi tertentu.
Tetapi dalam hal yang lain, bila
komunikasi antara penulis dan pembaca tak dapat terjelma, ini bisa jadi adalah
karena kesalahan penulis. Banyak penulis
yang sebenarnya menulis untuk mereka sendiri. Kata demi kata, kalimat demi
kalimat dikemukakan dengan pengertian yang jelas baginya tetapi belum tentu
dapat dipahami secara jelas oleh pembaca.
Penulis kadang lupa bertanya pada diri
sendiri: apakah kalimat atau apakah yang saya tuliskan ini akan jelas artinya
bagi pembaca? Bilamana penulis gagal untuk senantiasa menempatkan diri pada
situasi pembaca, dan bilamana penulis tidak memperhitungkan latar belakang
pembacanya, maka besar kemungkinan ia hanya menulis tidak lain daripada rentetan
huruf-huruf dan kata-kata yang tidak mewakili pengertian yang jelas bagi
pembacanya.
Tidak
jarang terjadi bahwa seorang penulis, terutama penulis baru atau pemula, senang
mencari dan mempergunakan bahasa yang ‘agak sukar’ atau yang puitik kedengaranya
untuk mengungkapkan buah fikiran mereka. Biasanya kegemaran mempergunakan
kata-kata yang seperti ini tidak besar fungsinya, kalaupun ada. Malahan
sebaliknya yang terjadi ialah berakibat pada timbulnya kesulitan komunikasi.
Dipandang
dari sudut pandang pembaca, hal ini dapat membahayakan oleh karena kemungkinan
pembaca tidak mengerti maksud penulis ataupun menjadi bingung. Karena itulah
maka pada umumnya kata-kata yang sederhana atau kalimat yang sederhana
merupakan alat komunikasi yang sangat baik.
Untuk
mendekati tujuan, seorang pembicara di dalam suatu ceramah, ia harus memperoleh
gambaran mengenai tingkat kecerdasan pendengarnya; begitu pula seorang penulis,
ia harus mengetahui tingkat kecerdasan pembacanya. Hanya dengan demikian ia
dapat memilih diksi dan bentuk ungkapan
lainya yang serasi.
Menulis adalah cara berkomunikasi dan memperkenalkan diri kepada
orang lain secara tidak langsung, maka perkenalkanlah dirimu dengan sebaik
mungkin agar engkau menjadi sesuatu yang dapat dikenang sampai kapanpun.
Mksr,
Dua ribu empat belas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar