Dari
dulu aktivitas menulis sudah menjadi kebiasan para ulama salaf. Ribuan kitab
telah menjadi bukti dari keguguhan para ulama kita dalam menuangkan ilmu yang
mereka miliki. Meskipun sekarang mereka telah tiada, namun sejarah tetap
mencatat hasil karya-karyanya yang terus berkembang dari zaman ke zaman. Bukti
kecintaan mereka dengan ilmu begitu besar, sehingga dalam merealisasikan
ilmunya ke dalam sebuah tulisan selalu digandengkan dengan unsur kecintaan yang
begitu mendalam terhadap apa yang mereka tuliskan.
Keindahan
sebuah tulisan tidak selamanya diukur dari seberapa bagus dan indah si penulis
menuangkan kata-kata kedalam sebuah tulisan, melainkan seberapa besar
kecintaanya terhadap apa yang ia goreskan. Ketika kita mencintai sesuatu, maka
dia akan lahir dari kedalaman hati, dan sesuatu yang berasal dari dalam hati
pada akhirnya akan sampai juga ke hati para pembacanya.
Seperti
yang telah di katakan oleh Pak Muhammad Iqbal (di kenal sebagai filsuf besar
sekaligus penyair muslim yang bereputasi internasional). “ salah satu cara
untuk menegakkan kejayaan islam adalah dengan mensintesakan jalan akal dan
jalan cinta.” Seperti dalam syair beliau .
Bangkitlah.......
Letakkan dasar-dasar dunia baru
Dengan mengawinkan akal dan cinta
Cinta
merupakan salah satu unsur terpenting dalam kehidupan kita. Hari ini kita yang
mengaku sebagai seorang penulis harus mengetahui secara rinci tentang
implikasi-implikasi dari apa yang kita tullis. Segala hal yang kita tuangkan
dalam tulisan apabila itu dibarengi dengan rasa cinta maka iapun akan menjadi
sesuatu yang luarbiasa dan istimewa untuk kita maupun orang lain.
Menulis adalah cinta. Cinta potensi diri, cinta waktu, cinta sejarah,
cinta peradaban. Karena itu, jika kamu benar-benar jatuh cinta dan k’pingin
terus cinta, menulislah, karena menulis adalah cinta. Cinta tak membuatmu
gelisah, cinta tak menjadikanmu lelah; karena menulis membuatmu bertambah
tangguh, menjadikanmu berlapang dada.(Syamsudin Kadir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar